Minggu, 04 November 2012

SEKOLAH MASA DEPAN

                                                                 SEKOLAH MASA DEPAN
Di masa depan, sekolah mengurangi pembelajaran lewat system klasikal. Cara klasikal dirasakan masih menyamaratakan kondisi siswa. Adanya pengelompokan siswa berdasarkan tingkat intelektualitas tertentu patut dipertimbangkan . seorang siswa sangat kecil kemungkinannya mahir dalam segala bidang. Karena biasanya seorang siswa yang cerdik dalam ilmu hitungan, biasanya lemah dalam linguistic, begitu juga sebaliknya.
Sangat kecil kemungkinan seorang siswa dalam waktu yang hampir  bersamaan mengikuti kelompok yang berbeda. Apabila system pengelompokkan ini dapat berjalan, di masa depan tidak akan ada lagi dualism pintar-bodoh. Yang ada hanyalah kelompok mata pelajaran, sebab setiap siswa telah memiliki kemampuan intelektual dan ketrampilannya sendiri-sendiri.
Sekolah di masa depan bukan berisi orang yang gaptek.  Penetrasi kemajuan teknologi informasi akan membongkar sekat-sekat kelas. Mendobrak tradisi off line menjadi on line. Sumber pengetahuan tidak bersandarkan dari guru semata.
Revolusi teknologi informasi juga akan merambah pada pola hubungan antara: siswa dengan siswa, guru, sekolah. Institsi akan beralih fungsi, tak sekedar hanya untuk berkumplnya manusia, tetapi sebagai pusat data.  

 GURU,..Antara Profesi dan Profesional
Istilah profesi seringkali diucapkan banyak orang pada semua bidang kehidupan. Arti profesi biasanya menunjuk pada mata pencaharian (pekerjaan) untuk memperoleh hasil (nafkah), yang tidak mengenal apakah itu dilakukan dengan mengandalkan keahlian (spesialisasi) atau tidak. Sehingga antara tukang becak ataupun dokter adalah sama menunjuk kata profesi. Demikian juga profesional, hal ini bukan hanya dipakai dalam bidang pendidikan tetapi juga dipakai dalam bidang lain, misalnya olah raga. Agaknya memang sulit untuk menemukan arti yang sesuai dengan makna sebenarnya.
Ternyata, setelah ditelusuri terdapat beberapa ciri mendasar makna profesional, yakni pertama, tingkat pendidikan spesialisasinya menuntut seseorang melaksanakan jabatan/pekerjaan dengan penuh kapabilitas, kemandirian dalam mengambil keputusan (independent judgement), mahir dan terampil dalam mengerjakan tugasnya.Kedua, motif dan tujuan utama seseorang memilih jabatan/pekerjaan itu adalah pengabdian kepada kemanusiaan, bukan imbalan kebendaan (bayaran) yang menjadi tujuan utama. Ketiga, terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima mejadi pedoman perilaku dan tindakan kelompok profesional yang bersangkutan. Kode etik tersebut menjadi standar perilaku pekerjaannya.
Keempat, terdapat kesetia-kawanan seprofesi, yang diwujudkan dengan saling menjalin kerja sama dan tolong menolong antar anggota dalam suatu komunitas tertentu (Anwar Jasin, 1997).
Dari keempat ciri tersebut, guru merupakan jabatan/pekerjaan yang posisinya tidak ringan. Secara eksplisit, tugas guru adalah menjadi mitra lembaga pendidikan dengan memiliki ketrampilan dan kemampuan yang mampu meciptakan produktifitas/lulusan yang baik. Selanjutnya, guru harus melakukan kegiatan bimbingan dalam proses pengembangan mental dan spiritual (rohaniah, moral dan sosial), pengembangan kemampuan intelektual (kecerdasan, kognitif) dan pengembangan pada bidang ketrampilan (motorik). Sebagai pendidik, guru berkewajiban untuk melaksanakannya secara efesien dan efektif.
Sebagai tenaga pendidik, guru memiliki fungsi sebagai pengganti orangtua peserta didik di rumah. Untuk itu, guru seharusnya memenuhi
(1) standar kualitas pribadi yang penuh tanggung jawab, artinya mengetahui dan memahami nilai dan norma, moral dan sosial serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai dan norma tersebut, di depan peserta didiknya.
 (2) berwibawa, artinya memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai dan moral, sosial dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam penguasaan Iptek dan ketrampilan yang hendak diajarkan kepada peserta didik.
(3) dewasa dan mandiri dalam mengambil keputusan.
Pengembangan tugas guru tidak lain adalah upaya untuk merealisasikan profesi guru tersebut. Tanpa harus mengurangi pada sisi materialnya, karena kesejahteran guru juga harus diperhatikan untuk kelangsungan kehidupan pribadinya. Karena itu, imbalan yang sewajarnya harus diberikan kepada guru sesuai dengan daya dedikasinya.

oleh: dona kusukma

Template by:

Free Blog Templates