Minggu, 04 November 2012

SEKOLAH MASA DEPAN

                                                                 SEKOLAH MASA DEPAN
Di masa depan, sekolah mengurangi pembelajaran lewat system klasikal. Cara klasikal dirasakan masih menyamaratakan kondisi siswa. Adanya pengelompokan siswa berdasarkan tingkat intelektualitas tertentu patut dipertimbangkan . seorang siswa sangat kecil kemungkinannya mahir dalam segala bidang. Karena biasanya seorang siswa yang cerdik dalam ilmu hitungan, biasanya lemah dalam linguistic, begitu juga sebaliknya.
Sangat kecil kemungkinan seorang siswa dalam waktu yang hampir  bersamaan mengikuti kelompok yang berbeda. Apabila system pengelompokkan ini dapat berjalan, di masa depan tidak akan ada lagi dualism pintar-bodoh. Yang ada hanyalah kelompok mata pelajaran, sebab setiap siswa telah memiliki kemampuan intelektual dan ketrampilannya sendiri-sendiri.
Sekolah di masa depan bukan berisi orang yang gaptek.  Penetrasi kemajuan teknologi informasi akan membongkar sekat-sekat kelas. Mendobrak tradisi off line menjadi on line. Sumber pengetahuan tidak bersandarkan dari guru semata.
Revolusi teknologi informasi juga akan merambah pada pola hubungan antara: siswa dengan siswa, guru, sekolah. Institsi akan beralih fungsi, tak sekedar hanya untuk berkumplnya manusia, tetapi sebagai pusat data.  

 GURU,..Antara Profesi dan Profesional
Istilah profesi seringkali diucapkan banyak orang pada semua bidang kehidupan. Arti profesi biasanya menunjuk pada mata pencaharian (pekerjaan) untuk memperoleh hasil (nafkah), yang tidak mengenal apakah itu dilakukan dengan mengandalkan keahlian (spesialisasi) atau tidak. Sehingga antara tukang becak ataupun dokter adalah sama menunjuk kata profesi. Demikian juga profesional, hal ini bukan hanya dipakai dalam bidang pendidikan tetapi juga dipakai dalam bidang lain, misalnya olah raga. Agaknya memang sulit untuk menemukan arti yang sesuai dengan makna sebenarnya.
Ternyata, setelah ditelusuri terdapat beberapa ciri mendasar makna profesional, yakni pertama, tingkat pendidikan spesialisasinya menuntut seseorang melaksanakan jabatan/pekerjaan dengan penuh kapabilitas, kemandirian dalam mengambil keputusan (independent judgement), mahir dan terampil dalam mengerjakan tugasnya.Kedua, motif dan tujuan utama seseorang memilih jabatan/pekerjaan itu adalah pengabdian kepada kemanusiaan, bukan imbalan kebendaan (bayaran) yang menjadi tujuan utama. Ketiga, terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima mejadi pedoman perilaku dan tindakan kelompok profesional yang bersangkutan. Kode etik tersebut menjadi standar perilaku pekerjaannya.
Keempat, terdapat kesetia-kawanan seprofesi, yang diwujudkan dengan saling menjalin kerja sama dan tolong menolong antar anggota dalam suatu komunitas tertentu (Anwar Jasin, 1997).
Dari keempat ciri tersebut, guru merupakan jabatan/pekerjaan yang posisinya tidak ringan. Secara eksplisit, tugas guru adalah menjadi mitra lembaga pendidikan dengan memiliki ketrampilan dan kemampuan yang mampu meciptakan produktifitas/lulusan yang baik. Selanjutnya, guru harus melakukan kegiatan bimbingan dalam proses pengembangan mental dan spiritual (rohaniah, moral dan sosial), pengembangan kemampuan intelektual (kecerdasan, kognitif) dan pengembangan pada bidang ketrampilan (motorik). Sebagai pendidik, guru berkewajiban untuk melaksanakannya secara efesien dan efektif.
Sebagai tenaga pendidik, guru memiliki fungsi sebagai pengganti orangtua peserta didik di rumah. Untuk itu, guru seharusnya memenuhi
(1) standar kualitas pribadi yang penuh tanggung jawab, artinya mengetahui dan memahami nilai dan norma, moral dan sosial serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai dan norma tersebut, di depan peserta didiknya.
 (2) berwibawa, artinya memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai dan moral, sosial dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam penguasaan Iptek dan ketrampilan yang hendak diajarkan kepada peserta didik.
(3) dewasa dan mandiri dalam mengambil keputusan.
Pengembangan tugas guru tidak lain adalah upaya untuk merealisasikan profesi guru tersebut. Tanpa harus mengurangi pada sisi materialnya, karena kesejahteran guru juga harus diperhatikan untuk kelangsungan kehidupan pribadinya. Karena itu, imbalan yang sewajarnya harus diberikan kepada guru sesuai dengan daya dedikasinya.

oleh: dona kusukma

Selasa, 30 Oktober 2012

KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM)

KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAIKEM)
 
Abstrak
Kunci penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah terciptanya situasi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau yang sering dikenal dengan PAIKEM. Model pembelajaran PAIKEM ini dimaksudkan sebagai alat atau metode pembelajaran agar tercapai hasil belajar secara maksimal, efektif dan efisien. Model pembelajaran PAIKEM mulai popular dikenal pada akhir tahun 2007 terkait dengan pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi (PLPG) bagi  para guru yang belum lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio.

A.PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh peserta didik dalam rangka membangun pengetahuannya. Belajar bukanlah proses pasif yang hanya menerima pengetahuan dari guru atau sumber-sumber lain. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sangat diperlukan karena ia merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran berhubungan dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah dan munculnya motivasi para peserta didik untuk mempelajari pelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran, bagi para praktisi pendidikan dituntut mengembangkan berbagai metode dan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat tercapai secara efektif, efisien dan menyenangkan.
Dalam rangka mencapai hasil belajar yang maksimal maka diperlukan suatu konsep pembelajaran yang memadai dan relevan. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dapat dijadikan metode alternatif dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif, efisien, menyenangkan dan jauh dari pembelajaran yang membosankan peserta didik. Secara garis besar model pembelajaran PAIKEM dipraktekkan dengan berprinsip pada lima hal yaitu: pertama, siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Kedua guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Ketiga, guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ruang khusus membaca. Keempat, guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dan kelima, guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Kelima hal tersebut harus dikuasai oleh guru dalam mempraktekkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Tulisan  ini akan mengulas tentang konsep Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan dan pembahasan menarik dalam pembelajaran.
 
B. SEJARAH KONSEP PAIKEM
Jauh ebelum munculnya model pembelajaran PAIKEM telah dikenal beberapa pendekatan, strategi pembelajaran atau model pembelajaran seperti SAS (Sintesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contextual Teaching and Learning), Life Skill Education, dan kemudian muncul konsep PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Istilah PAIKEM sesungguhnya dapat diketahui melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Turunan dari UU Guru dan Dosen tersebut adalah Permendiknas  Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Dalam permendiknas tersebut telah diatur pelaksanaan sertifikasi guru melalui penilaian portofolio dengan sepuluh komponen yang bertujuan untuk mengukur empat kompetensi pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Sementara, bagi para guru yang belum lulus diwajibkan mengikuti program kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru atau dikenal dengan singkatan PLPG. Dalam buku rambu-rambu penyelenggaraan PLPG yang dirterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 dijelaskan bahwa salah satu materi pokok yang harus diberikan dalam PLPG adalah materi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Oleh karenannya, sejak akhir tahun 2007 istilah PAIKEM mulai dikenal luas di Indonesia, dan menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa indikator dan prinsip-prinsip penerapan PAIKEM adalah sebagai berikut.
Indikator dan Prinsip-prinsip Penerapan PAIKEM
No.    
Indikator Proses Penjelasan Metode
1.    
Pekerjaan Peserta Didik (Diungkapkan dengan bahasa/kata-kata peserta didik sendiri)    
PAIKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berpikir, berkata-kata, dan mengungkap sendiri Guru membimbing peserta didik dan memajang hasil karyanya agar dapat saling belajar.
2. Kegiatan Peserta Didik
(peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri) Bila peserta didik mengalami atau mengerjakan sendiri, mereka belajar meneliti tentang apa saja.     Guru dan peserta didik interaktif dan hasil pekerjaan peserta didik dipajang untuk meningkatkan motivasi.
3. Ruangan Kelas
(penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alt peraga sederhana buatan guru dan peserta didik) Banyak yang dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu peserta didik saling belajar. Alat peraga yang sering dipergunakan diletakkan strategis.     Pengamatan ruangan kelas dan dilihat apa saja yang dibutuhkan untuk dipajang, di mana, dan bagaimana memajangnya.
4. Penataan Meja dan Kursi
(Meja dan kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur  secara fleksibel)     Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai cara/metode/teknik, misalnya melalui kerja kelompok, diskusi, atau aktivitas peserta didik secara individual.     Diskusi, kerja kelompok, kerja mandiri, pendekatan individual guru kepada murid yang prestasinya kurang baik, dan lain sebagainya.
5. Suasana bebas
(Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan atau mengungkapkan pendapat). Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain.     Guru dan sesama peserta didik mendengarkan dan menghargai pendapat peserta didik lain, diskusi, dan kerja individual.
6. Umpan Balik Guru
(guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik agar peserta didik segera memperbaiki kesalahan). Guru memberikan tugas yang mendorong peserta didik bereksplorasi; dan guru memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dalam hal penyelesaian masalah.     Penugasan individual atau kelompok; bimbingan langsung; dan penyelesaian masalah.
7. Sudut Baca
(Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk peserta didikSawah, lapangan, pohon, sungai, kantor Pos, Puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.     Observasi kelas, diskusi, dan pendekatan terhadap orangtua.
8. Lingkungan Sekitar
(Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran) Sawah, lapangan, pohon, sungai, Kantor Pos, Puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.     Observasi lapangan, eksplorasi, diskusi kelompok, tugas individual, dan lain-lain.
 
 

C.  KONSEP PAIKEM
1)  Konsep Pembelajaran Aktif
Maksud pembelajaran Aktif adalah dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa dapat berperan aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan atau ide dalam suasana belajar-mengajar. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan aktif. Pembelajaran aktif atau sering dikenal dengan active learning adalah proses belajar dimana peserta didik mendapat kesempatan unbtuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Meyer & Jones (1993) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.
Pembelajaran aktif mempunyai beberapa karakteristik yaitu; a) Refleksi yang dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru berpotensi membuka ruang dialog di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru (Fink, 2003), b) Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat dan mengetahui, c) Pemecahan masalah yang disajikan memungkinkan siswa berada di dalam kondisi higher-order thinking (Bonwell & Eison, 1991), d) Vicarious learning yang diperoleh pada saat siswa menyaksikan perdebatan mengenai topik tertentu, dan e) Self explanation adalah suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman siswa, baik kepada temannya maupun guru yang memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih kuat.
 
2) Model Pembelajaran Inovatif
Setidaknya terdapat tiga model pembelajaran inovatif yaitu pertama, Model Reasoning and Problem Solving yaitu kemampuan reasoning and problem solving yang merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata. Siswa dituntut untuk menggunakan dan mengedepankan rasio dalam melaksanakan tujuan pendidikan dan mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi permasalahan seputar pendidikan. Reasoning adalah bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Sedangkan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996).
Kedua, Model Problem-Based Instruction. Model ini merupakan pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Keterlibatan aktif para siswa dalam mendapatkan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik sangat diperlukan. Siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Para siswa diinstruksikan untuk lebih inovatif dalam memecahkan masalah dan tidak tergantung pada aturan yang baku dan kaku.
Ketiga, Model Group Investigatio. Model ini sebenarnya berasal dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, et al., 1996), adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Model pembelajaran ini sangat menekankan pada kerjasama antar berbagai individu yang tergabung dalam kelompok untuk mendapatkan inti-inti permasalahan yang ingin dipelajari.
 
3)  Model Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang kreatif lainnya. Metode ini dirancang untuk mesimulasikan imajinasi agar tercipta kreatifitas. Di sini kreatifitas dimaknai sebagai sebuah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Pelaksanaan model pembelajaran kratif dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat, belajar dengan melakukan (learning by doing), menggunakan banyak metode yang disesuaikan dengan konteks, kerja kelompok. Para siswa menyelesaikan permasalahan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, memformulasikan pertanyaan-pertanyaan menurut mereka sendiri, mendiskusikan, menerangkan, melakukan debat, curah pendapat selama pelajaran di kelas, dan pembelajaran kerjasama, yaitu para siswa bekerja dalam tim untuk mengatasi permasalahan dan kerja proyek yang telah dikondisikan dan diyakini agar terjadi ketergantungan yang positif dan tanggung jawab individu yang mendalam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan metode ini adalah pertama, yang menjadi pusat perhatian adalah  siswa aktif mengembangkan potensinya sendiri. Kedua, upaya guru hanyalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Ketiga, potensi yang dikembangkan bukan pengetahuan  tetapi kekuatan spiritual keagamaan, penguasaan diri, kepribadian baru kemudian keterampilan. Keempat, berorientasi pada pengembangan potensi diri bukan hafalan dan keterampilan menjawab tes. Implikasi dari keempat hal tersebut adalah yang diperlukan oleh guru bukan luas dan dalamnya bahan pelajaran, melainkan kompetensinya. Dalam pelajaran bahasa, diantara konpetensi yang dipakai adalah kemampuan berkomunikasi, dan lebih penting lagi adalah kepercayaan diri untuk berkomunikasi, mengendalikan diri ketika berbicara dengan pihak lain, kompetensi berpikir sistimatik dan logis dalam berkomunikasi, dan lain-lain.
Model pembelajaran kreatif sering juga disebut dengan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) yang mempunyai tujuh unsur yaitu; Pertama, guru berperan sebagai fasilitator yang mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Kedua, siswa aktif mengembangkan potensinya. Ketiga, prosesnya adalah keterlibatan dalam proses yang spontan sesuai alur kejadian. Keempat, bahan pelajaran diambil dari lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan proses. Kelima, waktu, tidak terbatas oleh jadwal jam pelajaran. Keenam, tempat tidak terikat oleh ruang kelas, bisa bebas memilih tempat yang nyaman. Ketujuh, penilaian oleh peserta didik sendiri, dalam diskusi dengan tujuan untuk perbaikan, bukan memilih dan menjastifikasi siswa bodoh dan pintar.
 
4)    Model Pembelajaran Efektif
Setidaknya terdapat tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran efektif, yaitu; pertama; strategi pengorganisasian pembelajaran yang menekankan pada bagaimana semua komponen pembelajaran diperdayagunakan secara efektif, kedua, strategi penyampaian pembelajaran yang menekankan pada media apa yang dipakai untuk menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktu

Minggu, 28 Oktober 2012

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:

1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.

2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

Jumat, 26 Oktober 2012

MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNA RUNGU

Anak Tuna Rungu memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar, media pembelajaran yang cocok untuk Anak Tuna Rungu adalah media visual dan cara menerangkannya dengan bahasa bibir/gerak bibir.
Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk Anak Tuna Rungu dalam sebuah makalah yang berjudul “Media Pembelajaran Bina Komunikasi
Persepsi Bunyi Dan Irama ( BKPBI) adalah sebagai berikut:

1. Media Stimulasi Visual
   a. Cermin artikulasi, yang digunakan untuk mengembangkan feed back visual, dengan
melihat/mengontrol gerakan organ artikulasi diri siswa itu sendiri, maupun dengan menyamakan gerakan/posisi organ artikulasi dirinya dengan posisi organ artikulasi guru.
   b. Benda asli maupun tiruan
   c. Gambar, baik gambar lepas maupun gambar kolektif.
   d. Pias kata
   e. Gambar disertai tulisan, dsb.

2. Media Stimulasi Auditoris
   a. Speech Trainer, yang merupakan alat elektronik untuk melatih bicara anak dengan hambatan sensori pendengaran
   b. Alat musik, seperti: drum, gong, suling, piano/organ/ harmonika, rebana, terompet, dan sebagainya.
   c. Tape recorder untuk memperdengarkan rekaman bunyi- bunyi latar belakang, seperti : deru mobil, deru motor, bunyi klakson mobil maupun motor, gonggongan anjing dsb.
   d. Berbagai sumber suara lainnya , antara lain :
      • Suara alam : angin menderu, gemercik air hujan, suara petir,dsb.
      • Suara binatang : kicauan burung, gongongan anjing, auman harimau, ringkikan kuda,dsb.
      • Suara yang dibuat manusia : tertawa, batuk, tepukan tangan, percakapan, bel, lonceng, peluit,dsb.
   e. Sound System, yaitu suatu alat untuk memperkeras suara.
   f. Media dengan sistem amplifikasi pendengaran, antara lain ABM, Cochlear Implant dan loop system.

Di lapangan media yang digunakan,misalnya dalam mata pelajaran matematika dengan tema mengenalkan jam,guru membawa tiruan jam dinding sambil menerangkan dengan bahasa bibir guru juga menuliskannya di papan tulis agar anak dapat lebih memahami apa yang guru jelaskan. Dalam pembelajaran IPA, PPKN, Guru juga mempergunakan gambar. Dalam pembelajaran IPS pun demikian, menggunakan media gambar dalam materi kenampakkan dari permukaan bumi dari gambar tersebut guru menjelaskan kepada anak sehingga anak dapat memahami bagaimana bentuk kenampakkan dari permukaan bumi tersebut.
Media Pembelajara Untuk Anak Tuna Daksa
Anak Tuna Daksa dari segi mental dan otaknya normal hanya saja mereka memiliki keterbatasan fisik sehingga memerlukan layanan khusus dan alat bantu gerak , agar mereka bisa melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya bantuan dari orang lain. Media pembelajaran yang digunakan untuk anak tuna daksa sama dengan anak-anak normal lainnya hanya saja disesuaikan dengan materi dan kecacatan bagian yang mana dialami oleh anak. Agar terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif.

MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNA NETRA


Seperti yang kita ketahui Anak Tuna Netra mempunyai keterbatasan dalam indera penglihatannya sehingga mereka memerlukan pelayanan khusus serta media pembelajaran yang khusus juga agar mereka mendapatkan ilmu pengetahuan dan mencapai cita-citanya seperti anak-anak normal lainnya.
Salah satu contoh media pembelajran bagi tuna netra adalah tulisan Braille serta buku-buku yang ada tulisan braillenya agar anak dapat belajar secara maxsimum. Dalam pembelajaran bahasa indonesia anak memakai tulisan Braille dan pada saat membaca juga mempergunakan buku yang ada tulisan braillenya, sedangkan dalam pembelajaran IPA anak diberikan miniatur binatang untuk menambah pengetahuan anak dan menyamakan persepsi mereka namun dalam hal ini guru juga harus menjelaskan bahwa miniatur tersebut adalah bentuk kecil dari binatang yang sedang pelajari.
Dalam pembelajaran IPS, misalnya dalam penggunaan Peta, Peta yang digunakan untuk anak Tuna Netra adalah peta timbul agar anak dapat merabanya dan mengetahui apa dan dimana letak suatu pulau. Selain itu dengan meraba peta timbul dan menerima sensasi raba, siswa diharapkan akan lebih memahami pelajaran yang diberikan, karena mereka telah mengalami perabaan pada media tersebut. Pengalaman tersebut akan lebih mudah tersimpan dalam memori siswa tunanetra.
Dalam pembelajaran Kesenian, anak juga disuruh meraba bentuk-bentuk alat musik yang telah disediakan serta guru menejaskan nama dan cara penggunaan alat musik tersebut dan not-not yang dipergunakan dalam bermain musik juga menggunakan not Braille.
Sedangkan dalam pembelajram Matematika saat mempelajari tentang konsep bangun ruang, anak disuruh meraba bentuk bangun ruang yang telah disediakan oleh guru. Tujuan media ini agar anak mengetahui bentuk bangun ruang juga mengetahui berapa jumlah sisi yang ada pada masing-masing bangun ruang.
Jadi, baik dalam teori maupun yang ada dilapangan, media yang digunakan untuk Anak Tuna Netra lebih spesifik atau lebih mengutamakan media yang bisa mereka raba guna menyamakan persepsi mereka.

BEBERAPA LANGKAH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN


Media pembelajaran yang telah dipilih agar dapat digunakan secara efektif dan efisien perlu menempuh langkah-langkah secara sistematis. Ada tiga langkah yang pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan/penyajian, dan tindak lanjut.

1. Persiapan
  Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar yang akan mengajar dengan  menggunakan media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan tenaga pengajar pada langkah persiapan diantaranya:
• Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan sebagaimana bila akan mengajar seperti biasanya.
• Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan cantumkan media yang akan digunakan.
• Mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar dalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari lagi serta peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik.

2. Pelaksanaan/Penyajian

  Tenaga Pengajar pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti:
• Yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap untuk digunakan.
• Jelaskan tujuan yang akan dicapai, jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan
  oleh peserta didik selama proses pembelajaran,
• Hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu perhatian/konsentrasi,
  dan ketenangan peserta didik.

3. Tindak lanjut

 Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen, observasi, latihan dan tes

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MEMBANGUN PENGETAHUAN ANAK SD


Dalam dunia pendidikan dikenal 3 teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivisme. Ketiga teori tersebut didasarkan pada bagaimana cara siswa mendapatkan pengetahuan. Pertama adalah teori belajar behavioristik, teori ini beranggapan belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Bisa dikatakan dalam teori ini untuk mendapatkan pengetahuan siswa diberikan pelajaran secara terus menerus, contohnya untuk belajar menghitung luas persegi dan persegi panjang siswa diminta atau disuruh untuk menghafalkan rumus dan berulang-ulang mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi tersebut.
Teori belajar yang kedua adalah teori belajar kognitif dalam teori ini siswa dianjurkan untuk belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Teori yang ketiga adalah teori konstruktivis. Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri pengetahuaannya. Satu prinsip yang paling penting dalam teori konstruktivis adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
Berpijak dari ketiga teori belajar tersebut, maka teori yang pas untuk diterapkan siswa Sekolah Dasar (SD)s ebagai jenjang pendidikan dasar adalah teori belajar kognitif dan kontrusktivis. Teori belajar kognitif berpendapat bahwa siswa SD haruslah belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa SD (usia 6-12 tahun) berada pada tahap berpikir operasional kongkrit. Pada tahap ini intinya untuk belajar siswa harus disediakan benda-benda atau peristiwa yang nyata. Siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya. Kemudian didasarkan pada teori belajar konstruktivis memberikan peluang pada siswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya.
Konsekuensi dan penerapan dari kedua teori belajar diatas, yaitu kognitif dan konstruktivis adalah guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan siswa adalah subyek dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran menjadi sangat penting, karena selain sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih berpikir operasional kongkret dengan penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk belajar dan menemukan sendiri pengetahuaannya. Media pembelajaran yang dihadirkan guru akan mampu membangun ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya. Bagi siswa SD penggunaan media pembelajaran mampu meningkatkan minat siswa serta menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Template by:

Free Blog Templates